Ada yang berbeda dengan perayaan dan pemberian hadiah natal di Islandia. Bukan gadget terbaru, masyarakat Islandia punya tradisi memberikan buku sebagai hadiah natal setiap tahunnya. Tradisi ini bernama Jólabókaflóðið atau bisa diucapkan sebagai YO-la-bok-a-flothe, sebuah tradisi liburan bagi pecinta buku dan sastra di Islandia. Diketahui, musim liburan menjadi momen penting bagi dunia penerbitan di Islandia.
Sejak awal November, setiap rumah di Islandia akan mendapat salinan Bokatidindi atau sebuah katalog dari Asosiasi Penerbit Islandia. Katalog ini berisi daftar semua buku yang akan diterbitkan pada tahun itu. Sehingga, warga bisa memilih buku dan akan dijadikan kado natal untuk teman-teman ataupun keluarga mereka. Oleh karena itu, September hingga November menandai musim paling menguntungkan terbesar bagi penerbit di Islandia. Pada masa ini juga, banyak penerbit yang menjual sebagian besar saham tahunan mereka ketika mendekati Natal. Tak hanya toko buku besar, toko kelontong juga memiliki pendapatan besar selama musim Jólabókaflóðið.
Sejarah Tradisi Jólabókaflóðið
Tradisi Jólabókaflóðið atau dalam bahasa Indonesia adalah Banjir Buku Natal sudah ada sejak kebijakan ekonomi pasca Perang Dunia II. Pada tahun 1918, Islandia baru berpisah dari Denmark. Negara ini menjadi republik yang otonom sepenuhnya pada tahun 1944. Selama masa Great Depression atau krisis ekonomi terburuk dalam sejarah Amerika modern, Islandia menciptakan sistem pembatasan impor yang amat kaku dan rumit.
Kebijakan ini bahkan berlanjut setelah perang usai. Inflasi yang tinggi pada masa itu, membuat jatah barang impor berkurang sehingga menyulitkan penduduk Islandia untuk mendapatkan banyak produk. Produk impor yang relatif mudah didapat pada masa itu adalah kertas. Akibatnya, buku menjadi barang yang sering dibeli oleh Islandia hingga saat ini.
Kata “Flood” atau “Banjir” dalam Jólabókaflóðið berkaitan dengan membanjirnya toko buku dibandingkan dengan buku yang terjual ke masyarakat. Untuk memanfaatkan tradisi ini, sebagian besar buku dengan kualitas terbaik seperti sampul tebal diterbitkan pada bulan-bulan menjelang Natal. Sehingga bisa dibeli sebagai hadiah untuk teman dan keluarga. Namun, buku yang bersampul lebih murah sering kali terbit beberapa bulan kemudian karena orang lebih cenderung membelinya untuk diri sendiri.
Perayaan Natal di Islandia
Meskipun setiap keluarga memiliki tradisi yang berbeda-beda, sebagian besar penduduk Islandia melakukan pembukaan kado pada 24 Desember. Setiap orang akan mendapat sebuah buku yang berasal dari kegiatan pertukaran.
Setelah bertukar kado, masyarakat akan tenggelam dalam dunia mereka sendiri karena membaca. Tempat favorit untuk membaca adalah di tempat tidur. Penulis Islandia Alda Sigmundottir menjelaskan bila pada masa ini orang-orang akan berbaring di tempat tidur sambil makan kue dan membaca buku yang diterima dari bawah pohon Natal. Selanjutnya ketika pesta Natal berlangsung, buku akan menjadi topik pembicaraan yang menonjol.
“Ketika Natal berakhir, surat kabar akan memberikan evaluasi tentang buku mana yang memiliki judul hingga sampul terbaik dan terburuk,” tulisnya dalam postingan Facebook di tahun 2020.
Diperingatkan Kritikus
Karena tradisi ini, tidak mengherankan bila Islandia sangat mementingkan kegiatan memberi dan menerima buku. Masyarakat di negara ini juga menjadi pembaca dan penerbit buku terbanyak per kapita dibanding negara lainnya.
Bahkan disebutkan bila satu dari 10 orang Islandia pernah menerbitkan bukunya sendiri. Hal ini didukung dengan pepatah Islandia berbunyi “ad ganga med bok I maganum” yang berarti “setiap orang melahirkan sebuah buku”.
Namun, banyaknya buku ini ternyata tidak sepenuhnya menyenangkan. Beberapa kritikus memperingatkan bila hal ini menyangkut stabilitas pasar penerbitan.
Islandia dijelaskan sebagai negara yang memiliki penduduk 338 ribu jiwa dan jumlah buku yang ada lebih banyak dibandingkan jumlah orang yang membelinya. Dengan demikian, beberapa penerbit dihadapkan dengan masalah kurangnya ruangan untuk menyimpan buku yang tidak terjual. Akibatnya beberapa buku terpaksa dimusnahkan pada akhir musim liburan. Walaupun begitu, kini penerbit Islandia tengah mengadopsi praktik baru untuk memasarkan buku di luar musim Natal. Itulah sejarah dari tradisi Jólabókaflóðið di Islandia. Apakah kamu tertarik memberikan buku sebagai hadiah natal?