Buku Berani Tidak Disukai berisi percakapan yang menggugah antara seorang filsuf dan seorang pemuda. Dalam lima percakapan yang terjalin, sang filsuf membantu muridnya memahami bagaimana masing-masing dari kita mampu menentukan arah hidup kita, bebas dari belenggu trauma masa lalu dan beban ekspektasi orang lain.
Buku yang kaya akan kebijaksanaan ini akan memandu para pembaca untuk memahami konsep memaafkan diri sendiri, mencintai diri, dan menyingkirkan hal-hal yang tidak penting dari pikiran. Cara pikir yang membebaskan ini memungkinkan Anda membangun keberanian untuk mengubah dan mengabaikan batasan yang mungkin Anda terapkan bagi diri Anda.
Buku ini mengandung teori dari Alfred Alder, seorang psikolog terkemuka pada abad ke-19 yang akan membicarakan dalam menentukan sebuah kebahagiaan akan dijawab dengan sederhana di dalam buku karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga ini. Teori-teori tersebut antara lain:
1. Manusia tidak dikendalikan oleh masa lalu
Teori Alder ini menolak alasan dari trauma tersebut dan mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman yang secara khusus menyebabkan sebuah keberhasilan maupun kegagalan dari seorang individu. Bukan berarti suatu pengalaman trauma seperti sebuah insiden atau perlakuan yang kejam di saat kanak-kanak tidak memberikan pengaruh dari terbentuknya kepribadian seseorang. Namun, yang ingin ditegaskan disini adalah tidak ada yang benar-benar ditentukan dari pengaruh tersebut.
Kita tidak ditentukan oleh pengalaman hidup kita, hidup kita tidak ditentukan oleh pengalaman hidup kita. Terkadang, yang menjadikan sebuah persoalan adalah bagaimana cara kita menyikapinya, bukan lagi soal apa yang terjadi.
2. Kebahagiaan dimulai dari cara kita mencintai diri kita sendiri
Apabila kita belum mencintai diri kita sendiri dengan apa adanya maka kita tidak akan merasakan kebahagiaan, maka dari itu kita perlu mencintai diri kita sendiri. Jika dirasa dari kita terdapat hal yang kurang disukai mungkin kita bisa merubah itu dengan hal yang membuat kita senang, tetapi merubah disini bukan berarti merubah diri kita agar sama dengan orang lain. Sebuah teori psikologi Adler yang merupakan psikologi keberanian, dimana ketidak bahagiaan tidak bisa disalahkan dari masa lalu ataupun lingkungan sekitar atau karena kemampuan yang tidak kita miliki.
Jika kita masih saja berasumsi jika saja kita bisa menjadi orang lain kita bisa menjadi bahagia atau dengan berkata “andai saja ini terjadi” itu tidak akan membuat kita bahagia. Kalimat tersebut akan menjadi stimulus bagi kita untuk tidak berubah. Oleh karena itu kita harus mengambil sebuah keputusan untuk menghentikan ini.
3. Hidup bukan untuk mendapat pengakuan dari orang lain
Teori psikologi yang dipaparkan oleh Adler sangat kritis terhadap pendidikan dengan metode reward dan punishment. Melalui bentuk dari cara berpikir inilah yang membentuk cara berpikir yang keliru bahwa “kalau tidak ada yang memujiku, aku tidak akan mengambil tindakan yang tepat. Dan kalau tidak ada yang menghukumku, aku juga akan terlibat pada tindakan yang tidak tepat.”
Kita tidak perlu berusaha untuk memuaskan ekspektasi semua orang dalam melakukan sesuatu, karena bila itu terus dilakukan kita tidak akan memiliki keyakinan terhadap diri kita sendiri. Melainkan, yang perlu kita lakukan dalam hidup kita sendiri adalah dengan memilih jalan terbaik dari diri kita sendiri, dengan menjalani prinsip kita sendiri meskipun dengan resiko tidak disukai oleh orang-orang sekitar.
4. Temukan kebahagiaan melalui kemampuan menerima diri dan keberanian
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Manusia tidak bisa mengubah apa yang dirinya dilahirkan, tetapi dengan kekuatan diri sendiri manusia bisa berupaya mengubah cara hingga memanfaatkan hal-hal tersebut. Hal ini dalam teori psikologi Adler menyebutnya dengan istilah “kepasrahan positif” dimana kita sebagai manusia perlu untuk fokus dengan apa yang bisa diubah daripada berfokus pada apa yang tidak bisa diubah dan menerima diri sendiri apa adanya dan mengubah hal yang bisa untuk diubah hal ini disebut dengan penerimaan diri.
5. Semua persoalan adalah tentang hubungan interpersonal yang muncul dari dalam diri sendiri
Dengan cara teoritis Adler menegaskan bahwa semua persoalan mengenai hubungan interpersonal disebabkan oleh manusia yang pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan akan terus saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan segala macam perbedaan yang dimiliki oleh setiap manusia.
Kebanyakan manusia merasa dirinya tidak memiliki kelebihan dan memandang dirinya sangat rendah sehingga tidak memiliki kepercayaan diri dan selalu merasa pesimis serta khawatir akan suatu hal atau pandangan orang lain. Hal itu dikarenakan kita sebagai manusia hanya fokus dalam memperhatikan kekurangan kita yang menyebabkan kita menjadi tidak melihat kelebihan dalam diri kita, hal ini dinamakan perasaan “inferior”. Jika perasaan ini muncul terlalu kuat maka kita akan selalu memandang diri kita negatif.
Menurut Adler, perasaan inferior justru bisa menjadi pemicu seseorang untuk bekerja keras dan akan menjadi motivasi dalam mencapai tujuan utama yaitu kualitas diri yang semakin baik.