Salah satu karya sastra yang dekat dengan kehidupan masyarakat adalah puisi. Lewat rangkaian kata-kata pendeknya, puisi sering kali dijadikan media untuk mengungkapkan perasaan bahagia atau menemani momen patah hati. Saat membaca buku puisi, Anda diajak mengeksplorasi berbagai emosi yang ada pada tiap-tiap bacaan. Kali ini, kami akan membahas rekomendasi buku puisi yang bagus untuk Anda. Anda mungkin akan menemukan karya dari penyair-penyair favorit di artikel ini. Untuk itu, silakan disimak!

Melihat Api Bekerja – M. Aan Mansyur

Tema patah hati yang dibalut diksi sederhana nan indah

“Cintaku kepadanya melampaui jangkauan kata. Aku cuma mampu mengecupkannya dengan mata.” -Aan Mansyur
Melihat Api Bekerja merupakan salah satu buku antologi puisi karya Aan Mansyur. Buku ini pertama kali diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, pada tahun 2015 silam. 28 sajak di dalamnya mengusung tema yang didominasi oleh keresahan tentang kehidupan, percintaan, dan tentunya patah hati. Setiap pembaca pasti akan dibuat takjub dengan gaya bahasa dan diksi yang digunakan penyairnya.
Selain sajak-sajak yang indah, ilustrasi karya Muhammad Taufik yang tertuang dalam buku ini menambah kesan estetik pada setiap lembarnya. Keberadaan gambar surreal tersebut tentu semakin memperkaya persepsi di kepala setiap pembaca. Perpaduan puisi dan ilustrasi yang apik, membuat setiap deret kata dalam buku Melihat Api Bekerja lebih bernyawa dan masuk ke dalam jiwa pembaca.

Tidak Ada New York Hari Ini – M. Aan Mansyur

Ungkapan isi hati untuk orang tercinta

“Tidak ada puisi hari ini. Tidak ada puisi kemarin. Aku menghapus seluruh kata sebelum sempat menuliskannya.”- Aan Mansyur
Bagi penyuka puisi cinta, kumpulan puisi karya Aan Mansyur berjudul Tidak Ada New York Hari Ini mungkin bisa menjadi favorit kalian. Buku yang memuat 31 puisi ini konon terinspirasi dari sosok legendaris, yaitu tokoh Rangga dalam Film Ada Apa dengan Cinta? Tokoh dalam film yang sempat hype beberapa tahun silam ini memang sukses memorak-porandakan hati wanita. Dilihat dari sampulnya, puisi-puisi ini seolah merupakan ungkapan isi hati Rangga kepada Cinta. Aan Mansyur sebagai penulis berhasil menghadirkan sosok tersebut ke dalamnya. Tak heran bila dua tahun silam, buku ini sempat meledak di pasaran, bersamaan dengan booming-nya film AADC 2.
Buku ini juga semakin menarik dengan paduan visual gambar suasana perkotaan dan jalanan di New York yang artistik, karya Mo Riza. Buku ini rasanya wajib untuk dimiliki oleh siapa saja yang ingin menikmati suguhan karya yang apik.

Di Hadapan Rahasia – Adimas Immanuel

Pilihan kata yang tak biasa menjadi candu untuk dibaca

“Katamu Tuhan tinggal dalam diri, tapi kau berdoa menatap langit, tak menunduk menatap tubuh. Seolah Tuhan begitu jauh”- Adimas Immanuel
Membaca adalah salah satu cara untuk memperkaya kosakata. Oleh sebab itu, buku karya Adimas Immanuel ini menjadi salah satu bacaan yang patut kalian coba. Kalian akan menemukan puisi-puisi dengan pemilihan kata yang tidak biasa.  Puisi-puisi dalam buku Di Hadapan Rahasia ini konon terinspirasi dari lukisan-lukisan kuno dan musik klasik. Sejenak, kening kita mungkin akan berkerut ketika mencerna setiap larik-lariknya. Puisi-puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi kehidupan, cinta, hingga kepercayaan terhadap Tuhan. Buku yang berisi tujuh puluh puisi ini juga menghadirkan ilustrasi yang misterius, karya Chenska SP. Ilustrasinya dibuat seolah terpisah dan disambung di setiap halaman. Meski mengandung beberapa kosakata asing, secara keseluruhan buku ini termasuk kumpulan puisi yang keren.

Baju Bulan – Joko Pinurbo

Kisah kehidupan sehari-hari yang tertuang dalam puisi jenaka

“Setelah punya rumah, apa cita-citamu? Kecil saja: ingin sampai rumah saat senja supaya saya dan senja sempat minum teh bersama di depan jendela.”- Joko Pinurbo
Bukan Joko Pinorbo namanya bila tidak mampu membuat pembaca berdecak kagum pada kesederhaan kata dan unsur jenaka yang ditulisnya. Buku Baju Bulan yang terbit tahun 2013 ini berisi puisi-puisi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Joko Pinorbo atau kerap disapa Jokpin, berhasil menuliskan kompleksitas kehidupan dengan diksi sederhana dan mudah dipahami pembaca. Meski demikian, puisi-puisinya tetap apik dan sarat akan makna. Buku puisi yang memuat 60 puisi pilihan ini konon ditulis Jokpin dalam rentang waktu 1991-2012. Kita akan banyak menemukan kata umum seperti celana, baju, capek, dan kata lain yang selintas terkesan tidak puitis. Namun, kata-kata tersebut berubah menjadi rangkaian yang apik bila diramu oleh Jokpin. Unik memang!

Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu – Joko Pinurbo

Gaya bahasanya yang khas mengajak kita untuk merenungi hal-hal yang terjadi di sekitar

“Aduh sayang, jarak itu sebenarnya tak pernah ada. Pertemuan dan perpisahan dilahirkan perasaan” – Joko Pinurbo
Bila pada buku karya Jokpin sebelumnya lebih banyak puisi pendek dan jenaka, di buku ini kalian justru akan menemukan puisi panjang yang bertema kehidupan sosial. Sebagian besar puisinya pernah dimuat di sejumlah buku berjudul Celana (2019) sampai Tahilalat (2012). Konon, buku ini merupakan rangkuman puisi dari buku-buku beliau sebelumnya.
Buku setebal 125 halaman ini diterbitkan pada tahun 2016 dan memuat 79 puisi, dengan sampul berwarna biru. Membaca setiap puisi panjang di dalamnya seolah membaca sebuah cerita pendek yang mengisahkan hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Misalnya puisi berjudul Penyanyi yang Pulang Dinihari, yang puisinya terdapat di halaman 10-15. Cukup panjang, bukan? Kepiawaian Jokpin dalam merangkai kata dan mengajak pembaca merenungi hal yang kadang malah dipandang remeh ini wajib kalian baca. 

Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono

Buku puisi legendaris yang menyejukkan hati

“Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu” -Sapardi Djoko Damono
Para penikmat sastra pasti sudah tidak asing lagi dengan buku bertajuk Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Kumpulan puisi yang bertema romansa cinta ini merupakan satu dari sederet puisi populer Eyang Sapardi yang pertama kali diterbitkan Grasindo pada tahun 1994. Buku ini pernah mendapat penghargaan Anugerah Buku Asean untuk kategori Buku Kompilasi Terbaik pada tahun 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Puisi-puisi Eyang Sapardi tidak bisa dipungkiri lagi keindahan kata dan diksinya. Karya beliau mampu menyentuh jiwa siapapun yang membacanya. Penggambaran cinta yang sederhana membuat pembaca mampu meresapi setiap makna yang ingin disampaikan penulis. Salah satu puisinya yang paling terkenal adalah “Aku Ingin”, yang berisi ungkapan cinta yang sangat manis. Buku puisi legendaris ini berisi 102 puisi dan telah dibuat juga dalam versi novel pada tahun 2015. Menariknya lagi, cerita dalam novel tersebut pun telah diangkat ke layar lebar dan ditayangkan pada bulan November 2017 lalu.