1. Negeri 5 Menara – Ahmad Fuadi

Buku Negeri 5 Menara | Toko Buku Online - Bukukita

Negeri 5 Menara adalah novel karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan pada tahun 2009. Novel ini bercerita tentang kehidupan Alif Fikri, seorang santri asal Maninjau, Sumatra Barat yang bersekolah di Pondok Madani (PM) Ponorogo, Jawa Timur, bersama lima teman-teman santrinya yang disebut Sahibul Menara.

Di Pondok Madani, Alif mengikuti aturan-aturan yang ketat, mulai dari hanya boleh berbicara bahasa Inggris dan Arab hingga kewajiban membantu jaga malam. Di pondok, Alif diajarkan “mantra” berbahasa Arab man jadda wajadda yang artinya, “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.” Mantra ini memotivasi Alif dalam kehidupannya di pondok. Di waktu senggang, Alif terbiasa berkumpul di bawah menara masjid bersama lima temannya: Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Karena tempat berkumpul mereka, mereka berenam biasa dipanggil Sahibul Menara. Pada suatu hari saat berkumpul, mereka melihat awan dan mendapat inspirasi untuk mimpi mereka masing-masing: Alif ingin pergi ke benua Amerika, Raja ingin ke Eropa, Atang ke Afrika, Baso ke Asia, dan Said dan Dulmajid ingin tetap di Indonesia.
Di prolog dan epilog novel, diceritakan bahwa di masa mendatang, Alif bekerja di Amerika Serikat dan mendapat undangan menjadi panelis di London. Said yang bekerja di Mesir juga diundang ke sana, jadi Raja yang sedang tinggal di London mengajak mereka berkumpul. Diceritakan pula kabar Baso yang telah mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di Mekah serta Said dan Dulmajid yang mendirikan pondok berbasis Pondok Madani di Surabaya.

2. Laskar Pelangi – Andrea Hirata

Laskar Pelangi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.

Cerita terjadi di desa Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu. Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah. Mereka, Laskar Pelangi – nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi – pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.

3. Aku, Meps, dan Beps – Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo

Aku, Meps, dan Beps by Reda Gaudiamo | Goodreads

Aku, Meps dan Beps merupakan novel yang dituturkan dengan sudut pandang anak, yaitu Soca. Buku ini duet antara Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo–ibunya. Aku, Meps, dan Beps merekam interaksi sehari-hari antara Soca dan kedua orangtuanya, yang ia panggil Meps dan Beps. Interaksi-interaksi tersebut meskipun sederhana namun menawarkan sesuatu yang segar dan jarang terjadi dalam keluarga pada umumnya, karena Aku, Meps dan Beps menyajikan gambaran keluarga yang jauh dari perspektif ideal, namun hangat dan memanusiakan setiap anggota keluarga.
Hubungan antara Soca dan Meps serta Beps digambarkan sebagai relasi antar teman. Baik Meps, maupun Beps memberikan keleluasaan bagi Soca untuk mengajukan pendapat. Mereka mau mendengarkan kritik dari anak semata wayangnya tersebut. Meps dan Beps juga memberikan kepercayaan pada Soca untuk menentukan pilihan-pilihan dalam hidupnya. Hal inilah yang membuat Soca terlihat tumbuh dengan percaya diri, kreatif dan bertanggung jawab. Dalam buku setebal 89 halaman ini juga terdapat beberapa judul cerita yang terkesan biasa bagi orang tua, namun nyatanya bagi kedua anak saya cerita-cerita tersebut justru sangat menarik sehingga berulang kali mereka baca.
Cerita tentang Kuku dan Ruyu, tentang Doyan, juga tentang Molly, merupakan cerita sederhana tentang binatang peliharaan keluarga Soca. Cerita sederhana ini menjadi unik dan menarik karena kepolosan Soca dalam menggambarkan interaksinya dengan binatang-binatang tersebut, yang sudah mereka anggap sebagai bagian dari keluarganya.

4. Si Anak Pemberani Tere Liye – Tere Liye

Si Anak Pemberani Tere Liye

“Aku, Eliana si anak pemberani, anak sulung Bapak dan Mamak yang akan menjadi pembela kebenaran dan keadilan. Berdiri paling gagah, paling depan.” Buku ini tentang Eliana, si anak pemberani yang membela tanah, sungai, hutan, dan lembah kampungnya. Saat kerakusan dunia datang, Eliana bersama teman karibnya bahu-membahu melakukan perlawanan”. Kutipan dari buku berjudul Si Anak Pemberani adalah salah satu fiksi sastra jenis novel Karya Tere Liye.

Si Anak Pemberani mengisahkan seorang gadis kecil pemberani yang berambut sedikit ikal. Ketika anak-anak yang seumuran dengannya sibuk bermain, Eliana sebaliknya. Dia sibuk memikirkan bagaimana cara menyelamatkan hutan, air, dan lahan di desanya yang terancam rusak karena kehadiran orang-orang kota tak bertanggung jawab. Eliana bersama tiga temannya yang disebut ‘empat buntal’ bahu-membahu menghentikan orang-orang pemilik HPH dan menghentikan para penggali pasir liar di dekat sungai di desanya. Betapa beraninya Eliana yang waktu itu masih duduk di bangku SD kelas 6, sudah melawan orang-orang berduit dari kota yang mengeksploitasi tanah, air, dan hutan di kampungnya. Tekad Eliana dan tiga temannya semakin membara untuk memperjuangkan nasib tanah, air, udara, dan hutan. Melihat warga dan para penangkap ikan yang pulang bermuka murung akibat sedikitnya tangkapan ikan karena air yang berubah warna menjadi keruh dari hasil penggalian pasir. Eliana akhirnya menyusun rencana untuk menghentikan tambang pasir. Apakah ia akan berhasil? Penasaran kan? Yuk, ikuti kisah Eliana hingga akhir.

5.Manusia dan Badainya – Syahid Muhammad

Manusia dan Badainya

Kisah Manusia dan Badainya berpusat pada seorang lelaki bernama Janu. Janu tumbuh besar dengan pola asuh yang kurang baik, di mana ia tak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya. Seluruh pilihan hidupnya ditentukan oleh sang ibu, Janu harus mengikuti keinginan ibunya. Saking sibuknya mendengarkan dan mengikuti keinginan sang ibu, Janu sampai lupa arah. Ia mempertanyakan, sebenarnya apa yang ia ingin lakukan untuk hidupnya? Janu menyimpan banyak luka dari kehidupannya di rumah, karena ia tak menemukan ada keharmonisan di dalamnya, tak ada kedamaian, tak ada tanya jawab seperti “apa kabar?”, “sudah makan?”, dan pertanyaan-pertanyaan sederhana lainnya. Sangat memilukan baginya, karena tempat yang seharusnya untuk pulang, malah menjadi tempat yang membuatnya selalu ingin pergi.

Janu juga memiliki hubungan romansa yang dapat dikatakan toxic. Sebab, Janu selalu saja merasa memiliki keharusan untuk menolong pasangannya, padahal yang benar-benar membutuhkan pertolongan adalah dirinya sendiri. Ya, begitulah kecenderungan manusia, bisa membantu orang lain, tetapi tidak bisa membantu dirinya sendiri. Namun, Janu mempunyai teman-teman yang positif, supportif, dan saling memahami latar belakang masing-masing. Memang benar apa kata orang, mempunyai sedikit teman saja yang bisa menjadi pendengar yang baik dan suportif, jauh lebih baik dibandingkan mempunyai banyak teman, tetapi saat kita terpuruk dan jatuh, tak ada satu orang pun yang memiliki keingingan untuk membantu kita.