1. Di Balik Teduh Segara Jawa – Mustofa Najib
Buku ini membahas kisah Alwi, seorang Hadhrami (keturunan Arab) yang berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan selayaknya tokoh bumi putra yang hidup di tahun 1920an. Ia harus rela kehilangan segala-galanya termasuk meninggalkan Amina istrinya yang mungkin kini tengah kebingungan mencari dirinya, sampai sempat putus asa dan sakit-sakitan, lalu bangkit setelah bermimpi bertemu Ye’ Nde seorang wali yang mampu membuatnya bangkit kembali merebut segala yang hilang darinya. Termasuk mengadili Burhan si Penghianat yang menganggapnya hanya orang asing yang tak pantas berjuang untuk kemerdekaan Hindia Belanda.
2. Ronggeng Dukuh Paruk – Ahmad Tohari
Novel ini mengisahkan kehidupan Dukuh kecil di desa terpencil. Dulunya, Dukuh Paruk memiliki nenek moyang yang menjadi orang kepercayaan masyarakat. Setelah nenek moyangnya meninggal, penduduk desa Dukuh Paruk masih memujanya dengan cara memuja kuburannya. Bahkan, kuburan nenek moyangnya dijadikan sebagai kiblat kebatinan kepercayaan mereka.
Tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu Srintil. Ia adalah sesosok gadis kecil yang berusia sebelas tahun. Tetapi, ia mempunyai masa lalu yang menyedihkan. Meski begitu, Srintil mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Srintil dapat menari seperti seorang ronggeng. Di suatu waktu terdapat tiga anak laki-laki yang mencabut batang singkong di tanah kapur yaitu Warta, Dasun, dan Rasus.
Sesudah berhasil mencabut singkong, mereka mengupasnya dengan gigi. Sekita, mereka terkesima melihat Srintil yang sedang mendendang sambil menari dengan sangat asyik. Ketiga lelaki itu kemudian ikut menari bersama Srintil. Srintil tinggal bersama kakeknya yang bernama Sakarya. Beliau sangat menyayangi cucunya itu, terlebih saat orang tuanya Srintil meninggal. Kakeknya yang merawat Srintil.