1. Sepuluh Anak Negro – Oleh Agatha Cristie 

Novel Sepuluh Anak Negro berisikan tentang cerita sepuluh orang dengan rahasia besarnya masing-masing yang disembunyikan rapat-rapat, diundang ke sebuah mansion di pulau terpencil tanpa tuan rumah. Di pulau tersebut, satu persatu dari rahasia dari mereka menghilang atau mati setelah rahasianya terbuka. Yang paling menegangkan adalah sisipan syair lagu Sepuluh Anak Negro di setiap awal bab. Menggambarkan bagaimana tokoh yang akan mati berikutnya, apakah karena kecurangan, kejahatan, keserakahan, atau hal lainnya. Pembunuhan yang dilakukan di ruang tertutup membuat latar suasana semakin menakutkan. Tak satupun orang yang bisa masuk, tapi tetap saja penghuni kamar mati. Di akhir cerita, surat dalam botol membuka rahasia setelah orang-orang tersebut mati, termasuk sang pembunuh yang bunuh diri setelah bangkit dari kematiannya dan membunuh Sembilan yang lain.

Edisi asli dari novel ini pertama kali dipublikasikan di Britania Raya dan berbahasa Inggris dengan judul Ten Little Niggers oleh William Collins Sons & Co. di London pada tahun 1939.

  1. Sewu Dino – Oleh Simpleman

Sewu Dino atau yang dalam Bahasa Indonesia berarti seribu hari mengisahkan sesosok Wanita bernama Sri yang memiliki keinginan untuk bekerja di luar kota untuk mendapatkan gaji yang lebih besar. Akhirnya, Sri mendaftarkan diri untuk menjadi Asisten Rumah Tangga ke salah satu agen penyaluran jasa. Tak lama setelah itu, Sri bertemu dengan Mbah Krasa, seorang perempuaj tua. Mbah Karsa menawarkan gaji yang cukup tinggi kepada Sri untuk bekerja sebagai ART, tanpa pikir panjang, Sri langsung menerima tawaran tersebut.

Hari pertama Sri bekerja pun tiba, Sri bersama dua ART lainnya, Erna dan Dini, diantar ke sebuah bilik di rumah yang berada di tengah hutan dan berada sangat jauh dari kota dan peradaban. Di sana, Sri bertemu dengan Mbah Tamin, orang yang bertanggung jawab di rumah itu. Mbah Tamin menunjukkan ruangan tempat Sri akan bekerja. Seketika ruangan itu terbuka, sontak tercium bau busuk. Sri terdiam dan mematung, di depannya ada seorang perempuan yang begitu kurus, pucat, dipenuhi borok dan nanah yang dikurung dalam keranda mayat. Mbah Tamin lanjut menjelaskan bahwa Wanita itu adalah Dela Atmojo, anak yang harus Sri bersama Erna dan Dini rawat hingga waktunya tiba. Dela Atmojo merupakan anggota keluarga Atmojo yang terkena kutukan santet sewu dino.

Terdapat satu hal penting yang perlu dilakukan oleh Sri, Erna dan Dini, mereka harus selalu mengikat tangan Dela saat sedang membersihkan badannya. Namun, pada suatu malam, Sri melakukan kesalahan. Sri lupa untuk mengikat tangan Dela. Ketika sadar, Dela melototi Sri sambil tertawa dan mengatakan bahwa Sri, Erna, dan Dini juga akan bernasib sama jika mereka terus-terusan berada di rumah itu. Namun, tentu saja bukan hal yang mudah bagi Sri, Erna, dan Dini untuk kabur dari rumah itu. Mereka bertiga pun mau tidak mau harus membantu Mbah Tamin melakukan ritual demi menyembuhkan Dela.

  1. Janur Ireng – Oleh Simpleman

Sugik membuka mata, tiba-tiba ia berada di tengah keramaian sebuah pesta. Suara alunan gamelan dan keriuhan para tamu undangan memenuhi aula.

Di panggung, tampak seorang perempuan cantik duduk mengenakan baju khas pernikahan Jawa.

Pernikahan siapa ini?

Gong ditabuh dengan keras. Rombongan mempelai pria datang, tapi Sugik tak dapat melihat wajah sang mempelai. Ketika rombongan itu menginjakkan kaki di karpet merah, suara keramaian tiba-tiba berhenti.

Hening.

Seseorang di samping Sugik terbatuk-batuk, lalu muntah darah. Sugik terkesiap mundur melihat semua tamu seperti kesurupan. Orang-orang berteriak, para pemain gamelan membentur-benturkan kepalanya, para perempuan menjambaki rambut dan mencakar-cakar wajah.

Di tengah keriuhan itu, akhirnya Sugik dapat melihat sosok mempelai pria. Ia berdiri gagah dengan pakaian khas Jawa. Hanya saja, tidak ada kepala di atas tubuh itu.

Setelah Sewu Dino, Simpleman mengajak kita mundur ke masa ketika semua teror bermula. Tentang legenda tujuh keluarga yang memperebutkan puncak kehormatan dengan tak sedikit nyawa dikorbankan. Rahasia besar akan terkuak, seiring dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang kian menyesatkan.

  1. Pembunuhan Zodiak Tokyo – Oleh Soji Shimada

Pada suatu malam bersalju tahun 1963, seorang seniman dipukul hingga tewas di balik pintu studionya yang terkunci di Tokyo. Polisi menemukan surat wasiat aneh yang memaparkan rencananya untuk menciptakan Azoth, sosok wanita sempurna dari potongan-potongan tubuh Wanita muda kerabatnya. Tak lama setelah itu, putri sulungnya dibunuh. Kemudian putri-putrinya yang lain serta keponakan-keponakan perempuannya tiba-tiba menghilang. Satu per satu mayat mereka yang termutilasi ditemukan, semua dikubur sesuai dengan prinsip astrologis yang diuraikan seniman.

Pembunuhan misterius tersebut menggegerkan Jepang, menyibukkan pihak berwenang dan para detektif amatur. Namun, tirai misteri tetap tak terpecahkan selama 40 tahun. Kemudian pada suatu hari di tahun 1979, sebuah dokumen diserahkan kepada Kiyoshi Mitarai, seorang astrolog, peramal nasib, dan detektif eksentrik. Dengan didampingi Dr. Watson versinya sendiri, seorang illustrator dan penggemar kisah detektif, Kazumi Ishioka, dia mulai melacak jejak pelaku Pembunuhan Zodiak Tokyo beserta pencipta Azoth yang bagaikan lenyap ditelan bumi.

  1. Janshen – Oleh Risa Saraswati

“Risa, kau gemuk!”

“Risa, aku takut hujan!”

“Risa, aku benci disebut hantu!”

“Risa, seandainya gigiku tak ompong!”

“Risa, aku rindu Anna….”

“Risa… terima kasih, biarpun kau jelek, aku menyayangimu. Sama seperti sayangku kepada Annabelle. Jangan berhenti menemuiku karena menemuimu membuatku merasa hidup.”

—Jantje Heinrich Janshen—

Selama ini kita memanggilnya “Janshen”, padahal itu adalah nama belakang keluarganya. Sejak lahir, anak ini dianggap sebagai pembawa kebahagiaan karena siapa pun yang ada di sekitarnya selalu merasa bahagia. Tak ada yang mau tahu bagaimana kisah hidupnya. Semua sahabat hantuku tak tertarik mencari tahu karena masalah terberat seorang Janshen hanyalah gigi ompong yang membuat anak itu menjadi bulan-bulanan. Kupikir hidupnya selalu menyenangkan, kupikir harinya selalu dipenuhi tawa. Ternyata aku salah, anak sekecil dan selucu dia harus menghadapi banyak masalah hingga akhir hidup. Selamat datang di kehidupan si hantu ompong favoritku. Selamat menyelami sisi gelap masa lalunya.