1. I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki
Rekomendasi pertama datang dari buku karya penulis Korea Selatan bernama Baek Se Hee yang berjudul I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis.Buku ini merupakan esai yang ditulis dalam format dialog antara penulis selama berkonsultasi dengan psikiaternya. Dari buku yang ditulisnya, penulis ingin mengajak untuk mencintai dan berpikiran positif tentang diri sendiri.
2. The Things You Can See Only When You Slow Down
Buku The Things You Can See Only When You Slow Down ditulis berdasarkan latar belakang penulis yang relevan dengan beberapa isu di masyarakat, yaitu gaya hidup serba cepat. Kita merasa bahwa dunia bergerak begitu cepat sehingga kita juga harus ikut bergerak cepat untuk menyamainya.Namun, kita tidak harus menerapkan pola hidup yang serba cepat. Lewat buku ini, penulis mengajak kita sebagai pembaca untuk menyadari bahwa ketika kita melambatkan diri, dunia juga ikut melambat bersama kita.
3. Insecurity is My Middle Name
insecure seringkali membuat kita merasa tidak aman, cemas, dan terpuruk. Tak jarang, seseorang yang mengalami insecure dapat berujung pada gangguan kesehatan mental yang menyebabkannya ia dilanda kecemasan dan pemikiran negatif tentang dirinya sendiri. Lewat buku ini, Alvi Syahrin mengajak pembaca mengenali arti insecurity dan tips untuk berdamai dengan diri sendiri. Ia juga mengajak para pembaca untuk terus berpikir positif, bertumbuh, berkembang, dan menjadi versi yang lebih baik dari diri kita sebelumnya.
4. Alasan untuk Tetap Hidup (Reason to Stay Alive)
Ketika Matt Haig berusia 24 tahun, ia pernah mencoba bunuh diri di pinggir tebing. Ia mengalami serangan panik bertubi-tubi dan tidak punya harapan sehingga membuatnya berpikir bahwa mengakhiri segalanya adalah hal terbaik. Namun, niat itu ia urungkan hingga sekarang pada detik-detik terakhir.lewat buku Alasan untuk Tetap Hidup, Matt Haig berbagi kisah mengenai perjalanannya melewati depresi, serangan panik, hingga hal-hal yang membuat ia masih bertahan hingga hari ini. Ia menjadi bukti bahwa gangguan kecemasan dan depresi bisa diatasi.
5. 13 Reason Why
Cerita dalam 13 Reason Why dimulai ketika seorang remaja bernama Clay Jensen yang menerima kotak berisi kaset. Setelah didengarkan, ternyata kaset tersebut merupakan rekaman suara Hannah Baker. Hannah merupakan teman sekolah Clay yang melakukan bunuh diri. Dalam rekamannya, Hannah menjelaskan alasan kenapa ia bunuh diri dan orang yang menerima kaset tersebut termasuk bagian dari alasan ia bunuh diri.Novel ini mengupas berbagai problematika dan sisi gelap remaja, seperti perundungan, alkohol, narkoba, hingga seks bebas. Novel ini direkomendasikan untuk usia 17 tahun ke atas karena muatan yang sensitif juga trigger warning.