- Segala yang Diisap Langit – Pinto Anugerah
Novel Segala Yang Diisap Langit adalah novel yang ditulis oleh Pinto Anugerah. Novel ini menceritakan tentang seorang bernama Rabiah. Ia adalah seorang perempuan pemberani yang ingin membawa perubahan bagi budaya Minangkabau yang sudah mendarah daging dalam keluarganya. Rabiah ingin membuktikan bahwa tidak semua garis keturunan bangsawan berakhir pada generasi ketujuh. Ia melakukan segala cara demi memperoleh keturunan. Bahkan ia sampai rela menjadi isteri kelima agar dapat memperoleh anak perempuan. Mampukah Rabiah membuktikan bahwa mitos ini salah?
Rabiah ingin mematahkan mitos yang beredar selama ini, bahwa garis keturunan keluarga bangsawan Minangkabau akan putus pada generasi ketujuh. Apa pun siap dia lakukan demi mendapatkan anak perempuan pembawa nama keluarga, termasuk menjadi istri kelima seorang lelaki yang terkenal mampu memberikan anak perempuan. Tidak disangka, penghalang utama Rabiah justru kakak kesayangannya, Magek. Setelah bergabung dengan Kaum Padri dari utara, Magek justru mengacungkan pedangnya ke arah Rubiah, siap menghancurkan semua yang dimilikinya: harta, adat, keluarga, dan masa lalu. Segala yang Diisap Langit, sebuah novel tentang pergulatan manusia di tengah ombak perubahan zaman. Tak ada yang tahu ujung jalan yang kita pilih. Tak ada yang mampu menerka pengorbanan apa yang harus kita buat. Semua demi bertahan hidup.
2. Sang Keris – Panji Sukma
Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin, sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan penuh rasa hormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang kesatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Perjalanan sebuah keris yang terus berpindah tangan ini, membuat ada banyak tokoh yang muncul di tiap babnya, dengan cerita yang berbeda pula mengikuti era yang sedang berlangsung. Keris itu dikisahkan dalam sudut pandang orang kedua. Ada banyak kisah sejarah Indonesia di setiap babnya, dan keris itu menjadi saksi bisunya.
3. Orang-Orang Proyek – Ahmad Tohari
Menceritakan tentang idealisme dan integritas yang tinggi dari seorang insinyur bernama Kabul. Ia dipekerjakan sebagai pelaksana proyek jembatan pada masa Orde Baru. Namun ia dihadapkan pada realita, bahwa proyek jembatan tersebut telah menjadi ‘bancakan’, akibat budaya korupsi yang masif. Hal ini memunculkan keraguan pada Kabul tentang standar mutu jembatan, karena biaya terus ditekan demi kepentingan pundi-pundi pribadi. Jika jembatan hanya sekadar jadi demi mengejar target, jembatan itu tak akan awet, dan proyek ini terasa sia-sia. Penulis memperlihatkan bobroknya oknum pada masa tersebut yang terus menggerus biaya, untuk menjalankan suatu proyek hanya demi keuntungannya sendiri. Lalu apakah Kabul bisa tetap bertahan pada pekerjaannya ini?
4. Tanah Surga Merah – Arafat Nur
Tanah Surga Merah karya Arafat Nur menghadirkan gejolak politik lokal sebagai pokok bahasan utama dalam ceritanya. Dikisahkan bahwa seorang pria bernama Murad baru saja kembali dalam pelariannya setelah bertahun-tahun. Murad yang balik ke kampung halaman dengan perasaan cemas mengubah gaya penampilannya agar tidak dikenali oleh para pengikut golongan Partai Merah. Partai Merah adalah partai yang diklaim dapat membawa kemakmuran bagi Aceh. Namun apa yang ditemukan Murad justru sebaliknya. Neokolonialisme kental dalam novel karangan Arafat Nur, khususnya yang berkaitan dengan politik. Penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, tindakan sewenang-wenang sampai kekerasan adalah perbuatan yang lazim bagi golongan partai merah. Dalam novel ini, Murad adalah representasi pihak yang terjajah, sedangkan Partai Golongan Merah adalah pihak yang menjajah atau pihak yang berlaku sewenang-wenang karena diperbudak materi atau kekuasaan.
5. Amba – Laksmi Pamuntjak
Amba pergi ke Pulau Buru. Ia mencari orang yang dikasihinya, yang memberinya seorang anak di luar nikah. Laki-laki itu Bhisma, dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur, yang hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru. Ketika kamp tahanan politik itu dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak kembali.
Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil Jawa Tengah. “Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tumbuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua.” Tapi ia meninggalkan kotanya. Di Kediri ia bertemu Bhisma. Percintaan mereka terputus dengan tiba-tiba di sekitar Peristiwa G30S di Yogyakarta. Dalam sebuah serbuan, Bhisma hilang selama-lamanya. Baru di Pulau Buru, Amba tahu kenapa Bhisma tak kembali.