Kegiatan membaca novel dapat menjadi aktivitas bermanfaat untuk menghabiskan waktu luang. Dengan banyaknya jenis novel yang tersedia di pasaran, kamu bisa memilih novel sesuai dengan seleramu. Mulai dari genre romance, thriller, hingga sejarah, semuanya memberikan pengalaman membaca yang berbeda-beda dan unik bagi para pembacanya.
Nah, salah satu jenis novel yang harus Toppers coba adalah jenis novel sejarah dengan latar Indonesia. Ketika mempelajari sejarah Indonesia di sekolah mungkin terasa membosankan, novel sejarah berlatar Indonesia dapat memberikan gambaran yang lebih berwarna tentang sejarah itu sendiri.
Melalui novel sejarah Indonesia, Toppers juga bisa mendapatkan ide tentang kondisi masyarakat yang ada di dalam novel. Dengan demikian, kita bisa mengambil hikmah penting dari sejarah Indonesia tersebut. Yuk simak rekomendasi novel sejarah Indonesia terbaik untuk masuk ke reading list!
Amba – Laksmi Pamuntjak
Peristiwa G30S sepertinya akan menjadi catatan gelap negeri ini yang tidak akan pernah terlupakan dan menyisakan luka bagi banyak pihak. Ada banyak sekali karya sastra seperti cerpen, puisi, dan novel yang dibuat untuk mengingatkan orang banyak akan peristiwa sejarah tersebut.
Salah satunya adalah Amba karya Laksmi Pamuntjak. Novel sejarah ini bercerita tentang Amba dan Bhisma, sepasang muda-mudi yang dipaksa berpisah karena situasi politik.
Meskipun Amba merupakan novel romansa, namun ada banyak sekali informasi sejarah yang bisa kamu dapatkan seperti gambaran kehidupan tahanan politik yang diasingkan di Pulau Buru yang bertahan dalam kesengsaraan dan penantian panjang untuk bisa pulang ke kampung halamanya.
Orang-Orang Proyek – Ahmad Tohari
Kabul adalah seorang insinyur dengan integritas dan idealisme. Namun, ia terpaksa dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam mengerjakan proyek jembatan di Indonesia, Kabul harus berhadapan dengan budaya korupsi yang masif.
Akhirnya, jembatan tersebut dibangun dengan mengesampingkan perencanaan yang seharusnya untuk memangkas biaya produksi.
Ahmad Tohari dalam novelnya tersebut ingin menunjukan betapa bobroknya oknum-oknum pada masa tersebut ketika menjalankan proyek untuk keuntungannya sendiri. Ini juga sekaligus menjadi sindiran keras terhadap budaya korupsi yang terus merajalela.