Data Hasil Asesmen Nasional (AN) pada 2021 menemukan fakta bahwa satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi. Padahal, siswa perlu menguasai kemampuan dasar ini sebelum belajar konsep pemahaman yang lebih tinggi.

Selain itu, survei terbaru Bank Dunia pada 2022 menunjukkan hasil yang sama, yakni 51 persen anak-anak Indonesia dikatakan kompetensinya masih sangat rendah, belum mampu secara literal, dan juga secara numeral dalam hal literasi.

“Artinya anak-anak ini belum bisa memahami teks tersirat dan tersurat. Lebih dari 50 persennya belum mampu memahami bacaan,” ungkap Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Aminudin Aziz saat penyerahan bantuan buku di SDN 018 Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin, 27 November 2023. Aminudin mengatakan, dengan melihat fakta itu, ia bersama timnya pun menyurvei kecil-kecilan dan menemukan bahwa minat baca anak-anak justru tinggi. “Namun yang menjadi persoalan bahan yang menarik untuk dibaca murid-murid tidak ada,” sambungnya.

Ia kemudian sempat dimintai pendapat oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, hingga mengumpulkan para penggerak literasi untuk merevolusi penyusunan buku bacaan berdasarkan perspektif yang menarik dan sesuai kebutuhan anak untuk meningkatkan literasi siswa. Pada 2022, lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disalurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) ke lebih dari 20.000 PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia, disertai pelatihan dan pendampingan guru untuk membantu sekolah memanfaatkan buku-buku yang diterima.

Buku Bacaan yang Menarik untuk Anak

Program ini merupakan pengiriman buku dengan jumlah buku dan jumlah penerima terbesar sepanjang sejarah Kemendikbudristek. Berlanjut pada 27 Februari 2023, Kemendikbudristek melibatkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, meluncurkan Paket Kebijakan Merdeka Belajar Episode 23, yaitu Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia yang juga disertai program pelatihan guru di dalamnya. Mengenai buku yang bisa menarik minat baca anak, Aminudin mengungkap sangat beragam jenisnya mulai dari cerita superhero atau pahlawan, bahkan terkait juga dengan teknologi dari perspektif yang bisa diikuti oleh anak. “Cerita tentang rumah nenek, itu juga ada. Ada yang kekinian karena anak-anak ini bermain dengan gawai,” paparnya.

“Jadi dari segi topik yang sangat beragam, tim pembuat buku juga memasukkan pesan tertentu tentang keteladanan. Misalnya mengenai pengolahan sampah, agar anak-anak mengerti bahwa sampah itu tidak boleh dibuang sembarangan. Kita masukkan (sisi edukasi) supaya anak-anak menjadi warga yang baik,” lanjutnya.

Pemerintah, kata Aminudin, tak bekerja sendirian untuk menaikan tingkat literasi. Upaya lainnya adalah dengan mengajak berbagai pihak untuk gotong-royong meningkatkan literasi, mulai dari akademisi, penggiat literasi, kepala sekolah, guru, hingga filantropi diajak ambil bagian.

Pemerintah Rangkul Tanoto Foundation

Salah satu yang diajak kolaborasi adalah Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981. Melalui program PINTAR, Tanoto Foundation memiliki keinginan meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah lewat inovasi-inovasi pembelajaran, serta dukungan terhadap program prioritas pemerintah di bidang pendidikan. Hal ini terealisasi dalam acara Penyerahan Buku Bacaan Bermutu di SDN 018 Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kegiatan merupakan kelanjutan dari penandatanganan program kerja sama Kemendikbudristek dan Tanoto Foundation pada 20 Oktober lalu di Jakarta, yang disebut dengan Gerakan Buku Bacaan Bermutu. Kerja sama ini ingin membantu pemerintah meningkatkan literasi siswa lewat penyediaan buku.

“Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri untuk menjangkau semua sekolah-sekolah yang membutuhkan, karena itu kami mengajak berbagai pihak, dan Tanoto Foundation adalah yang paling responsif menerima dan menindaklanjuti ajakan kami,” ucap Aminudin lagi.

Sementara itu, ia mengungkapkan bahwa pihaknya masih menemukan ada beberapa sekolah yang membiarkan buku-buku yang diterima. Aminudin menambahkan, tahun depan program terus berlanjut dengan target bisa mencetak 20 sampai 21 juta eksemplar untuk 31 ribu sekolah di luar sekolah yang sudah menerima sebelumnya.

“Maka kami meminta kepada Dinas-Dinas Pendidikan untuk menginstruksikan sekolah-sekolah penerima agar menggunakan buku yang diterima tanpa takut akan ada tagihan karena semua ini diberikan secara gratis,” tegas Aminudin.

Total Salurkan 156 Judul Buku di 12 Kabupaten

Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, Margaretha Ari Widowati menyampaikan, bahwa dalam kolaborasi ini, Tanoto Foundation bersama Kemendikbudristek menyebarkan 156 judul buku dengan total 76.752 buku di 12 kabupaten. “Bersama-sama, kami tidak hanya memberikan buku berkualitas, tetapi juga memberikan pelatihan kepada guru di Kabupaten Kutai Kartanegara untuk mengoptimalkan penggunaan buku dalam pembelajaran,” ujarnya.

Secara simbolis jajaran dari Kemendikbudristek dan Tanoto Foundation menyerahkan buku kepada tiga kepala sekolah, yaitu Kepala Sekolah SDN 018 Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, Kepala Sekolah SDN 024 Paser Balengkong Kabupaten Paser, dan Kepala Sekolah SDN 015 Barong Tongkok Kabuparten Kutai Barat, sebagai tanda dimulainya penyaluran buku bacaan berkualitas serta pelatihannya.

Sebanyak 12 kabupaten yang menjadi sasaran distribusi buku dari kerja sama Kemendikbudristek dan Tanoto Foundation ini adalah Asahan, Karo, Kendal, Tegal, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Paser, Tebo, Batanghari, Muaro Jambi, Siak, dan Kampar. Program juga menyelenggarakan pelatihan untuk guru, salah satunya dilakukan dalam acara Penyerahan Buku Bacaan Bermutu di SDN 018 Tenggarong Seberang.

Pelatihan diikuti oleh sembilan kepala sekolah dan 19 guru dari sekolah-sekolah di Kabupaten Kutai Kartanegara, mempelajari tentang pemanfaatan buku untuk menumbuhkan minat baca siswa serta penggunaannya dalam pembelajaran.