1. Pasung Jiwa – Okky Madasari

buku

Buku ini mengisahkan tentang dua teman, Sasana dan Jaka Wani. Keduanya ingin bebas dan melepaskan diri dari segala kungkungan yang menahan mereka. Sasana ingin menjadi penyanyi dangdut, meski harus mendapatkan larangan dari keluarganya. Ia juga ingin keluarkan sisi feminimnya yang selama ini harus ia sembunyikan. Bernyanyi dangdut bersama Jaka Wani adalah caranya untuk mendapatkan apa yang ia mau.

Jaka Wani yang dikenal sebagai Cak Jek yang mengajak Sasana mengamen di jalanan. Namun, ada kejadian yang mengharuskan mereka untuk berpisah. Ketika mereka bertemu kembali, mereka tak lagi berada di jalan yang sama. Hal itu membuat Cak Jek berusaha untuk keluar dari bayang-bayang rasa bersalahnya.

2. Daun Jatuh yang Tak Pernah Membenci Angin – Tere Liye

buku

Buku ini dipenuhi dengan kalimat yang quoteable, namun memiliki akhir kisah yang siap membuat air matamu berderai seketika.

Tania dan Dede adalah saudara yang tinggal bersama ibunya dalam kesederhanaan. Kemudian mereka bertemu dengan Danar, seorang karyawan dan juga penulis buku anak-anak. Danar begitu baik dan membantu keluarga Tania saat keluarga Tania dilanda kesusahan dan ibunya Tania sedang sakit-sakitan.

Ternyata, Tania dan Danar saling menyimpan rasa, namun Danar sadar bahwa Tania terlalu muda untuk dirinya. Danar pergi dan memilih mencari wanita lain yang setara dengan dirinya untuk bisa ia nikahi. Ratna namanya, jawaban atas sosok yang Danar dambakan. Namun ternyata kehidupan mereka kurang bahagia, yang membuat Ratna menceritakan semua masalah rumah tangganya kepada Tania, dan membuat Danar harus mengakui segala rasa yang pernah dipendamnya.

3. Tokyo dan Perayaan Kesedihan – Ruth Priscilia Angelina

buku

Novel ini mengisahkan Joshua Sakaguchi Widjaja yang meneruskan perjalanannya ke Tokyo untuk sejenak menjadi orang pemalas dalam hidupnya. Ia yang biasanya tidak bisa jadi pemalas akhirnya merasakan duduk santai di taman dan bertemu dengan banyak orang.

Joshua pun dipertemukan dengan Shira yang sedang bersedih dan meninggalkan banyak surat. Berbeda dengan Joshua, tujuan Shira ke Tokyo adalah melarikan diri untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini memusingkan benaknya. Lagi-lagi Joshua tidak bisa menjadi pemalas, ia pun sibuk menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan Shira yang menyayat hatinya.

Shira yang berharap terjebak dan tenggelam di lautan bersama penyesalannya langsung dicegah Joshua. Shira merasa menemukan jawaban dari Joshua yang datang tiba-tiba dalam hidupnya.

4. Funiculi Funicula – Toshikazu Kawaguchi

buku

Buku ini berisi empat bagian cerita pendek dari kisah pengunjung kafe kecil tua di gang kota Tokyo yang ingin melakukan time travel. Dari seorang wanita muda, seorang perawat, seorang kakak, hingga seorang ibu yang ingin memperbaiki semua kesalahan dan penyesalan yang terjadi di masa lalunya.

Kafe ini memiliki satu tempat yang mampu membawa mereka ke masa lalu. Tapi sang pelayan yang bernama Kazu selalu mengingatkan bahwa saat menjelajahi waktu, tidak ada yang bisa benar-benar berubah jika garis takdir sudah berjalan dengan sendirinya.

Melakukan time travel di kafe ini pun tak semudah itu, karena mereka harus selalu duduk di tempat yang sudah ditentukan, harus menghabiskan kopinya sebelum menjadi dingin, serta sederet aturan lainnya yang jika tidak diikuti, akan terjebak selamanya dan tak bisa kembali.

Novel yang berasal dari sebuah pementasan drama ini memiliki pesan mendalam tentang arti hidup setelah kehilangan. Masa lalu tidak bisa diubah, tapi kita bisa berusaha memiliki masa depan yang baik saat kita selalu berusaha menjalani hidup dengan baik.

5. Sumur – Eka Kurniawan

buku

Novel ini memperlihatkan tentang bagaimana situasi lingkungan setelah mengalami perubahan iklim dan begitu memengaruhi banyak aspek kehidupan. Di sini menceritakan kampung yang makin hari makin kekeringan dan hanya mengandalkan satu sumur tua untuk semua warga. Akhirnya, kampung ini pun ditinggalkan warganya satu per satu.

Selain itu, sumur ini bisa disebut sebagai saksi bisu sebuah kisah cinta dari Thoyib dan Siti beserta tragedi yang mengiringinya. Buku ini hanya setebal 60 halaman sehingga bisa dibaca dalam sekali duduk.