Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini beberapa rekomendasi buku novel sad ending lengkap dengan ulasan singkatnya.
1. Jalan Panjang Menuju Pulang oleh Pipiet Senja
“Keputusan apa yang akan kau buat saat dirimu menjadi anak tertua dari keluarga yang serbakekurangan dan lima adik yang masih mengenyam pendidikan? Tindakan apa yang bisa dilakukan, saat kau melihat ayahmu berjuang mempertahankan sekarung beras terakhir hasil panennya, dari tangan preman yang tanpa ampun mengangkut semua hasil kerja keras yang ia punya?
Di usianya yang masih belia, Fatin sadar bahwa selepas SMA ia tak boleh lagi menggantungkan hidup pada kerja keras orangtuanya. Perasaan itulah yang membawanya pergi ke Jakarta untuk bekerja sekaligus menuntut ilmu demi masa depan yang lebih baik.
Tapi yang menunggu di luar kampung halamannya tak hanya soal karir dan ilmu, melainkan juga cinta, luka, dan penderitaan. Sayang, berbagai usahanya menyelamatkan diri malah membawanya masuk ke ancaman yang jauh lebih berat.
Berbagai tantangan dalam hidup, membawa Fatin jauh dari orangtua dan saudaranya. Beratnya beban yang ia bawa membuatnya tak sanggup segera kembali. Tak hanya jarak yang membentang, melainkan juga ancaman yang tiada habis membuat jalannya untuk pulang terasa begitu panjang.”
2. Laut Bercerita oleh Leila S. Chudori
Laut Bercerita adalah novel karya penulis asal Indonesia bernama Leila Salikha Chudori. Ia juga merupakan seorang wartawan di majalah Tempo. Novel terbitan tahun 2017 ini, mengangkat tema persahabatan, percintaan, kekeluargaan, dan rasa kehilangan.
Dengan berlatarkan waktu di tahun 90-an dan 2000, novel ini mampu membius para pembacanya untuk menerobos ruang masa lalu dan kembali melihat peristiwa yang terjadi di tahun yang bersangkutan.
Dengan kata lain, novel setebal 394 halaman ini, mengingatkan para pembacanya akan era-era reformasi di tahun 1998 yang bernas akan kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat.
Leila selaku penulis memang menegaskan bahwa novel ini hanya historical fiction, tetapi ia menulis berdasarkan pada fakta yang ada. Hal itu karena sebelum Leila mulai menulis novel ini, ia melakukan riset wawancara terlebih dahulu secara langsung pada korban yang berhasil kembali atau kerabat korban.
Tidak hanya itu, sang penulis juga mengaku bahwa ia memerlukan penyelidikan mendalam terkait karakter dari tokoh-tokoh yang ada, tempat serta peristiwa yang sudah berlalu. Berdasarkan hal-hal itulah yang membuat novel ini seakan hidup saat dibaca.
Kemudian, untuk menyelesaikan novel ini, kurang lebih memakan waktu 5 tahun. Menariknya, novel ini berhasil digarap ke dalam bentuk film pendek yang berdurasi kurang lebih 30 menit dan disutradarai Pritagita Arianegara.
3. Cantik Itu Luka oleh Eka Kurniawan
Cantik Itu Luka adalah novel yang ditulis oleh Eka Kurniawan, penulis pria berusia 47 tahun asal Tasikmalaya yang menyandang gelar sarjana filsafat, dan dijuluki sebagai The Next Pramoedya Ananta Toer.
Novel ini merupakan novel pertama karya Eka Kurniawan yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2002. Karya pertamanya ini berhasil sukses meraih penghargaan World Readers pada tahun 2016.
Selain itu, Novel Cantik Itu Luka berhasil menjadi buku best-seller yang diterjemahkan ke lebih dari 34 bahasa, di antaranya bahasa Inggris, Jepang, Perancis, Denmark, Yunani, Korea, dan Tiongkok. Hal ini membuat nama Eka Kurniawan menjadi dikenal di kancah internasional.
Kepopuleran Novel Cantik Itu Luka di luar negeri membawa Eka Kurniawan meraih penghargaan sastra internasional di Belanda, yaitu Prince Clause Awards pada tahun 2018. Bukan hanya itu, Novel Cantik Itu Luka juga masuk ke dalam daftar 100 buku terkemuka versi The New York Time.
Novel Cantik Itu Luka memiliki genre romantis, sejarah, dan realisme magis. Sebab, dalam buku ini digambarkan kisah sejarah kolonialisme di Indonesia.
Eka menyajikan kisah seorang perempuan yang bernama Dewi Ayu. Dewi Ayu adalah seorang wanita yang sangat cantik, tapi kecantikannya tersebut bukan sebagai sesuatu yang menguntungkan, melainkan membawa malapetaka bagi dirinya beserta keturunannya.