1. Athar: Cinta Dalam Ikhlas – Oleh Abay Adhitya
Sejak duduk di bangku SMA, Athar jatuh cinta pada gadis yang bernama Aurora. Walaupun Athar sebelum bertemu Aurora dia pernah jatuh cinta. Namun, Athar ketika melihat Aurora dia merasakan ada yang berbeda, bagaimana Athar tidak jatuh cinta? Karena Aurora adalah gadis yang anggun yang mampu mengubah dirinya menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan Athar tidak ingin berpacaran dengan Aurora, justru Athar ingin menikahi Aurora. Tapi bagaimana mungkin? Mereka masih anak SMA, masih dini dan mereka masih mempunyai cita-cita yang harus mereka gapai.
Alhasil ketika lulus SMA, keduanya berpisah dan memilih untuk saling melepaskan. Athar benar-benar fokus memantaskan diri, sembari berdo’a agar kelak is bisa berjodoh dengan Aurora. Setelah keduanya berpisah, banyak sekali rintangan yang Athar hadapi. Sampai suatu ketika Aurora akan dilamar oleh dokter muda, tapi Athar tidak menyerahdengan niat baiknya itu. Ketika Athar mendapat SMS dari Aurora yang berisi Aurora akan dilamar oleh dokter muda dan Aurora meminta Athar untuk secepatnya menemui Ayahnya.
Ketika Athar menemui Ayah Aurora mereka banyak berbincang-bincang dan ketika Ayah Aurora memintanya untuk pulang karena sudah larut malam, sebelum pulang Ayah Aurora berkata kepada Athar bahwa ia akan mendapatkan jawaban dari niat baiknya itu esok hari. Keesokan harinya Aurora menelfon Athar ternyata jawaban dari niat itu diserahkan kepada Aurora, dan ketika Athar bertanya kepada Aurora keputusannya apa? jawaban Aurora “ia memilih Athar”. Athar sangat bersyukur ternyata Aurora memilih Athar, bukan dokter muda itu, dan Athar berjanji akan berusaha membahagiakan Aurora, menjadi suami dan imam yang terbaik untuk Aurora.
2. Kembara Rindu – Oleh Habiburrahman El Shirazy
Setelah Diana pulas, keharuan Ridho meledak. Mata pemuda itu berkaca-kaca. Ia menyadari dirinya sedang ada di dalam kereta, duduk disamping putri bungsu Kyainya. Ia baru saja meninggalkan pesantren. Ia dalam perjalanan pulang. Inilah hidup, tidak ada yang tetap selamanya. Ia tidak mungkin terus tinggal di pesantren jadi santri sepanjang hayatnya. Matahari terus berputar pada garis edarnya. Bumi berputar pada porosnya. Siang dan malam datang pergi bergantian. Ia teringat nasehat Simbah Kyai Nawir dalam salah satu pengajiannya.
“Santri-santriku, dalam pengembaraan mengarungi kehidupan dunia ini jadilah kalian orang-orang yang penuh rindu. Orang-orang yang rindu pulang. Jadilah seperti orang mengembara dan sangat rindu untuk segera bertemu keluarganya. Orang yang didera rindu untuk segera pulang, itu berbeda dengan orang yang tidak merasa rindu, meskipun sama-sama bepergian. Orang yang didera rasa rindu, tidak akan membuang-buang waktunya dijalan, ia ingin cepat-cepat sampai rumahnya. Sebab, ia ingin bertemu dengan orang-orang yang dicintainya. Sebaliknya, orang yang tidak merasa rindu, mungkin dia mampir di satu tempat dan berlama-lama di situ, jadinya banyak waktu yang terbuang sia-sia. Di dunia ini kita seperti orang bepergian, orang yang megembara. Dunia ini bukan tujuan kita. Tujuan kita adalah Allah. Kita harus memiliki rasa rindu yang mendalam kepada Allah. Dan Allah akan membalas dengan kehangatan rindu dan ridha-Nya yang tiada bandingannya.”
3. Bidadari Berbisik – Oleh Asma Nadia
Bidadari Ayuning (Ning), berangkat dari Tegal ke Jakarta untuk mencari adik kembarnya, Bidadari Ayuni (Ayuni). Adiknya itu hilang ketika bekerja di rumah Nyonya Lili sebagai ART, demi menunaikan keinginan ibu mereka yang hendak menunaikan ibadah di Tanah Suci. Ibunya mendapat firasat bahwa Ayuni telah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya, karena tidak ada satu pun kabar yang tiba setelah Ayuni sampai di rumah Nyonya Lili. Firasat kuat ibu kandung memang hampir selalu benar. Ning pun sampai di rumah Nyonya Lili, lalu menanyakan keadaan adiknya. Namun jawaban yang ia terima dari tuan rumah tidak pernah mengungkap keberadaan Ayuni. Ning makin bingung. Suatu ketika Ning berjumpa dengan Komisaris Polisi Iman Arif, yang akhirnya turut membantu mencari keberadaan Ayuni. Satu per satu fakta lalu terbuka dan menyingkap kebohongan Nyonya Lili serta empat pembantu lainnya di rumah mewah tersebut. Ayuni mendapat perlakuan kejam ketika ia bekerja di rumah mewah tersebut. Hal yang membuat siapa saja akan miris dan ngeri, ketika siksaan dan makian sebelum kematian Ayuni terjadi.
4. Kita Terlalu Muda Untuk Jatuh Cinta – Oleh Aiu Ahra
Saat SMP, Azna pernah menyaksikan temannya melahirkan di dalam kelas. Kejadian tersebut meninggalkan sedikit trauma, membuat dia mulai mengasingkan diri dari makhluk berjenis laki-laki. Bahkan di semester awal SMA, bersama dua sahabatnya, dia mengajukan ekskul Anti Pacaran pada pihak sekolah guna mencegah kejadian yang pernah menimpa temannya terulang. Seperti melempar bumerang yang kemudian berbalik arah. Ide anti pacaran itu menjadi abu-abu ketika Farah, salah satu sahabat yang juga penggagas ekskul tersebut, mulai berhubungan kembali dengan laki-laki yang pernah dekat dengannya saat SMP. Lalu, debar-debar yang kerap dirasakan Azna setiap kali melihat Reksa, si ketua kelas, latihan panahan di sekolah semakin membesar meskipun selama ini terus dia tekan. Mendapati kenyataan bahwa dirinya sendiri merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis, bisakah Azna tetap pada prinsipnya untuk tidak pacaran?
5. Hijrah Itu Cinta – Oleh Abay Adhitya
Senja jatuh hati kepada Satria, lelaki yang ia yakini bisa menjaga dirinya. Namun, keyakinan itu mengantarnya pada sebuah peristiwa yang mungkin akan disesalinya kemudian hari. Satria menginginkan Senja, seutuhnya. Sementara itu, sebuah rahasia dari masa lalu menampar Senja. Tentang sosok ayah yang selama ini tak jelas keberadaannya. Tentang masa lalu kelam ayah dan ibunya. Kisah itu nyaris mirip dengan keadaannya saat ini. Sebuah kesadaran untuk berubah menyeruak dalam hati. Apalagi, setelah Senja bertemu kembali dengan Fajar, seorang lelaki saleh yang pernah dikenalnya pada masa lalu. Tekad hijrah menjadi semakin kuat. Mampukah ia bertobat dan menjalani proses hijrah yang sulit? Akankah masa depan yang indah masih pantas ia dapati?